Rabu, 11 Januari 2012

HUJAN ITU RAHMAT

Hujan adalah Rahmat REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Dr H Samsul
Maarif MA Saat ini, hampir seluruh wilayah di
Indonesia dilanda hujan. Bahkan,
sejumlah daerah sudah mengalami
banjir. Kejadian hujan dan banjir
oleh sebagian warga dianggap
sebagai musibah atau bencana bukan dianggap sebagai rahmat.
Anggapan seperti ini adalah
bentuk negative thinking dalam
menyikapi fenomena alam.
Padahal, sebagai umat yang
berpikir maju ke depan seharusnya hujan dan banjir disikapi dengan
positive thinking, sehingga semua
segera dapat diselesaikan dengan
baik dan berencana. Memang benar ada hujan dan
banjir yang merupakan suatu
bencana bagi penduduk tertentu
sebagaimana yang terjadi pada
masa Nabi Nuh AS (QS Hud [11]:
37, al-Qamar : 11-12), atau hujan batu pada masa Nabi Luth AS. Hal
ini berbeda jika banjir yang terjadi
seperti pada keluarga Saba' (Abd
Syams bin Yasyjab bin Ya'rab bin
Qahthan (QS Saba' [34]: 16)
dengan berbagai kriteria yang dinyatakan dalam Alquran. Apa pun bentuknya, hujan adalah
berkah yang diturunkan oleh Allah,
sebagaimana firman Allah pada
surah al-Anfal [8]: 11), al-Furqan
[25]: 48-49, dan lainnya. Hujan itu
menjadi berkah untuk membersihkan dari berbagai hal,
menumbuhkan tanah yang mati,
dan lain sebagainya. Jika kita
melihat struktur air, maka dapat
ditemukan dalam satu molekul air
terdiri atas satu atom oksigen yang besar (bermuatan positif) ditempeli
dua atom hidrogen yang kecil
(bermuatan negatif). Karenanya, bagian oksigen
molekul air tersebut masih dapat
menarik atom hidrogen dari
molekul air lainnya, termasuk zat-
zat kimia lain. Selain sebagai
pelarut yang baik, air juga termasuk makanan yang sangat
penting bagi manusia, setelah
oksigen dari udara untuk bernapas. Dalam salah satu hadisnya, Nabi
SAW menyatakan bahwa doa
ketika sedang hujan oleh Allah
dikabulkan. "Dua ketika (di mana
doa) tidak ditolak atau sedikit
sekali yang ditolak: (yaitu) berdoa ketika azan dan ketika
pertempuran sedang berkecamuk
(dan dalam satu riwayat
mengatakan) dan ketika
hujan." (HR Abu Daud). Sedangkan kejadian banjir karena
hujan tidak diperkenalkan dalam
Alquran. Sebab, Alquran
memperkenalkan hujan sudah
sesuai dengan ukuran yang sesuai
dengan kapasitas bumi. (QS al- Mu'minun [23] :18). Banjir
merupakan human and social
error, kesalahan manusia dan
kesalahan sosial, kesalahan
lingkungan sosial yang tidak akrab
dengan ekosistem dan bukan "God Error." Curah hujan tetaplah
sebagai rahmat Allah untuk alam
semesta. Hanya saja, penghuni
alam semesta ini (utamanya
manusia) menolaknya dengan
berbagai cara. Penyebab terjadinya banjir adalah
karena kesalahan manusia. Bagi
orang yang beriman, banjir tidak
semata-mata musibah, tapi
bagaimana ia menjadi rahmat.
Caranya adalah dengan berupaya melakukan antisipasi atau
mengatasi banjir tersebut. Dengan
banjir, banyak ahli bermunculan. Dengan banjir, tersedia beragam
lapangan pekerjaan. Bahkan, dari
banjir orang dapat beramal melalui
penghimpunan dana untuk
membantu korban banjir. Karena
itu, dengan adanya banjir, hendaknya kita senantiasa
mensyukuri nikmat Allah untuk
saling berbagi dengan sesama.
Kita harus banyak mengingat Allah
SWT yang Mahabijaksana atas
segala kuasa-Nya. Red: Heri Ruslan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar